• Portal UPN
Logo Logo PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UPN "VETERAN" Yogyakarta
  • Home
  • Profil
    • Dosen
    • Sambutan
    • Struktur Organisasi
    • Visi dan Misi
    • Profil Lulusan dan Tracer study
    • Kerjasama
    • Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
  • Akademik
    • PENGAJUAN SURAT MAHASISWA
      • Pengajuan Kerja Praktek
      • Pengajuan Surat Permohonan Magang atau Magang Seka
      • Pengumpulan Surat Balasan Magang
      • Pengajuan Magang Mandiri
      • Pengajuan Surat Bebas Laboratorium
      • Pengajuan Surat Bebas Pustaka TL
      • Surat Permohonan Ijin Penelitian dan Data Instansi
      • SURAT SUDAH JADI
    • Capaian Pembelajaran
    • Kurikulum
    • TUGAS AKHIR
      • Pengajuan Judul Skripsi TA
      • Pengajuan Ujian Proposal TA
      • Pengajuan Ujian Kolokium dan Diseminasi Hasil TA
      • Pengajuan Ujian Pendadaran TA
      • Tempelate Format Skripsi
      • Kalender Tugas Akhir TL
    • Magang MBKM
    • PENDAFTARAN TOEFL
  • Kemahasiswaan
    • Organisasi Kemahasiswaan
    • Beasiswa
  • Greenmetric
    • Konservasi Air
    • Biopori
  • FASILITAS
    • Peminjaman Lab
    • Peminjaman Lab PLP
    • Peminjaman Alat Lab
    • Peminjaman Alat/Ruang
    • Pengembalian Alat/Ruang
  • Kontak
  • Home
  • Berita Terkini
  • Katanya Bisa Memicu Tsunami Besar, Apa Sebenarnya Megathrust?

Katanya Bisa Memicu Tsunami Besar, Apa Sebenarnya Megathrust?

  • Jumat, 20 April 2018
  • Oleh : Admin TL
  • Berita Terkini
  • 4784
Katanya Bisa Memicu Tsunami Besar, Apa Sebenarnya Megathrust?
KOMPAS.com - Dua kali dalam sebulan terakhir, istilah megathrust populer, dikaitkan dengan guncangan gempa di Jakarta dan potensi Pandeglang yang dalam skenario terburuk mencapai ketinggian 57 meter. Namun, apa sebenarnya megathrust itu sendiri serta wilayah Indonesia mana yang berpotensi terdampak? Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG), Daryono, mengungkapkan, megathrust bisa diartikan sesuai dengan kata penyusunnya. "Thrust" merujuk pada salah satu mekanisme gerak lempeng yang menimbulkan gempa dan memicu tsunami, yaitu gerak sesar naik. Dengan demikian, megathrust bisa diartikan gerak sesar naik yang besar. Mekanisme gempa itu bisa terjadi di pertemuan lempeng benua. Dalam geologi tektonik, wilayah pertemuan dua lempeng ini disebut zona subduksi. Menurut Daryono, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, zona megathrust terbentuk ketika lempeng samudera bergerak ke bawah menunjam lempeng benua dan menimbulkan gempa bumi. "Zona subduksi ini diasumsikan sebagai sebuah zona “patahan naik yang besar” atau populer disebut zona megathrust," kata Daryono kepada Kompas.com, Sabtu (7/4/2018). Baca Juga: Gempa Megathrust Selatan Jawa, Guncangannya Bisa Merusak Jakarta Jalur subduksi cukup panjang dengan kedalaman sekitar 50 kilometer, mencakup seluruh bidang kontak antarlempeng. Zona megathrust di Indonesia bukan hal baru karena sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan. Sebagai sebuah area sumber gempa, maka zona ini dapat memunculkan gempa bumi dengan berbagai magnitudo dan kedalaman. Gempa megathrust dianggap menakutkan karena dianggap selalu bermagnitudo besar dan memicu tsunami. "Namun demikian, data menunjukkan sebagian besar gempa yang terjadi di zona megathrust adalah gempa kecil dengan kekuatan kurang dari 5,0," kata Daryono. Menurut Daryono, yang terlibat dalam Pusat Studi Gempa Nasional (PUSGEN) 2017, di Indonesia terdapat 16 titik gempa megathrust yang tersebar di sejumlah titik, yaitu: 1. Aceh-Andaman 2. Nias-Simeulue 3. Kepulauan Batu, 4. Mentawai-Siberut 5. Mentawai–Pagai 6. Enggano 7. Selat Sunda Banten 8. Selatan Jawa Barat 9. Selatan Jawa Tengah-Jawa Timur 10. Selatan Bali 11. Selatan NTB 12. Selatan NTT 13. Laut Banda Selatan 14. Laut Banda Utara 15. Utara Sulawesi 16. Subduksi Lempeng Laut Pilipina Baca Juga: Gempa Bumi, Mungkinkah Diprediksi? Daryono mengungkapkan, berdasarkan kajian kegempaan, setiap zona suibduksi punya potensi gempa yang berbeda-beda. Besarnya gempa yang kemudian terjadi tak bisa diprediksi dan sangat bergantung pada gerak serta kedalamannya. "Khusus segmen megathrust di selatan Jawa Barat dan Banten, wilayah ini memiliki potensi magnitudo maksimum M 8,8," katanya. Tidak setiap gempa megathrust menimbulkan tsunami. Tsunami punya syarat, yaitu gempa besar, hiposenter dangkal dan gerak sesar naik. Para ahli dan instansi terjadi tanggap darurat bencana terus melakukan penelitian dan pembaharuan data peta kerawanan gempa. "Jika terjadi gempa yang magnitudonya lebih besar dari gempa-gempa yang pernah terjadi sebelumnya, maka akan merubah titik-titik kerawanan. Untuk itulah perlumya dilakukan pemutakhiran Peta Sumber dan Bahaya Gempa di Indonesia pada periode waktu tertentu

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Katanya Bisa Memicu Tsunami Besar, Apa Sebenarnya Megathrust?", https://sains.kompas.com/read/2018/04/09/113350623/katanya-bisa-memicu-tsunami-besar-apa-sebenarnya-megathrust.
Penulis : Michael Hangga Wismabrata
Editor : Yunanto Wiji Utomo

Previous Next

Rilis Berita

Penyerahan Sertifikat Hasil Akreditasi

02 Mei 2025    Admin TL

Penarikan Siswa – Siswi PKL dari SMK Negeri 1 Cangkringan

28 April 2025    Admin TL

Kegiatan Syawalan dan Tasyakuran Jurusan Teknik Lingkungan atas Perolehan Akreditasi Unggul Prodi TL dan MMB

25 April 2025    Admin TL

Selamat Memperingati Hari Kartini 21 April 2025

21 April 2025    Admin TL

Telah Diraihnya Predikat Akreditasi UNGGUL Program Studi Teknik Lingkungan

21 April 2025    Admin TL

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UPN "VETERAN" Yogyakarta

  • Jl. Padjajaran Condong Catur, Yogyakarta. 55283
  • lingkungan@upnyk.ac.id
  • 0274 485705

Layanan

  • CBIS
  • E Learning
  • Jurnal Lingkungan Kebumian
  • LPPM
  • Perpustakaan
  • SEMNAS
  • SPADA UPNYK

Link Terkait

  • Badan Geologi
  • BMKG
  • Forlap DIKTI
  • JURNAL ILMIAH LINGKUNGAN KEBUMIAN (JILK)

Sosial Media

© Copyright 2021.