URBAN FARMING DI KAMPUNG JLAGRAN KOTA YOGYAKARTA
Kawasan perkotaan di Kota Yogyakarta terkenal sebagai kawasan dengan kepadatan permukiman yang tinggi. Kampung Jlagran RT 14 RW 03 salah satu diantaranya. Padatnya permukiman menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal seringkali tanpa perencanaan yang matang dengan menyisakan ruang untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH), baik RTH yang dapat dimanfaatkan secara bersama, maupun RTH privat yang dikelola oleh perorangan. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dari UPN “Veteran” Yogyakarta yang di koordinir oleh 2 Dosen Prodi Teknik Lingkungan yakni Farida Afriania Astuti, S.Si.,M.Sc dan Muammar Gomareuzzaman, S.Si.M.Sc dibantu oleh 2 mahasiswa mewujudakan “urban farming” sebagai implementasi RTH Privat di area permukiman Kampung Jlagran.
Urban farming sebagai kegiatan pertanian yang dilakukan dengan memanfaatkan lahan sempit di perkotaan dapat menjadi salah satu solusi yang tepat dalam perwujudan RTH Privat. Urban farming diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas lingkungan, antara lain menghasilkan oksigen yang mendukung ketersediaan udara segar, mengurangi polusi, memperindah lingkungan (estetika lingkungan), dan meningkatkan ketahanan pangan.
Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan warga yang tinggal di kawasan tersebut. Warga di stimulus untuk peka terhadap lingkungan dan mau melakukan hal-hal yang berdampak positif bagi lingkungannya. Fasilitator kegiatan mengawali program urban farming dengan mensurvei lokasi, dilanjutkan dengan sosialisasi pada saat pertemuan PKK RT, dan pelaksanaan kegiatan berupa penanaman benih dan bibit yang sudah disediakan dan penataan letak tanaman.
Dalam kegiatan kali ini dipilih tanaman pangan (sayur mayur) yang sering dikonsumsi oleh masyarakat, yaitu sawi, sledri, bayam, buncis, tomat, terong dan cabai. Selain itu juga ada beberapa jenis tanaman yang termasuk tanaman obat keluarga yaitu jahe, kunyit, dan kencur. Pemilihan jenis tanaman didasarkan pada pola konsumsi warga, areal atau ruang yang tersedia dan memungkinkan tanaman-tanaman tersebut dapat tumbuh dengan optimal. Jenis tanaman yang digunakan dalam kegiatan urban farming tersebut merupakan jenis yang mudah perawatannya, sehingga diharapkan prosentase hidup bibit dan benih yang dibagikan tinggi.
Tanaman sayur mayur yang dipilih merupakan tanaman berumur pendek yang dapat di panen dan dapat dirasakan hasilnya dalam waktu yang tidak terlalu lama. Umur panen tanaman pangan berkisar antara 30 hingga 100 hari saja. Hal ini diharapkan agar warga yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat sesegera mungkin merasakan manfaatnya kemudian menjadi terstimulus untuk mengulangnya kembali secara mandiri.
Untuk media tanam digunakan tanah, sekam, dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 1, sementara tempat tumbuh menggunakan wall planter dan pot gantung dari rangkaian botol plastik bekas, serta polybag. Penggunaan wall planter dan pot gantung bertujuan agar tanaman dapat di tanam secara vertikultur menempel pada dinding-dinding rumah, sementara polybag diletakkan di talut sungai
Warga yang mengikuti rangkaian kegiatan ini tampak antusias dan sangat kooperatif. Hal ini terlihat ketika pelaksanaan program, warga sangat semangat untuk membuat pot gantung dari botol bekas, dan menyiapkan wadah-wadah bekas untuk pot tanaman. Beberapa orang warga bahkan mengungkapkan keinginannya untuk memiliki lingkungan yang hijau dan asri, tidak gersang seperti sekarang ini. Kegiatan urban farming ini juga diharapkan dapat menambah wawasan warga, bahwa sesempit apapun ruang yang dimiliki, dengan sentuhan kreativitas tetap memungkinkan untuk memiliki RTH privat dan menikmati segala manfaatnya.